PENALARAN KARANGAN
OLEH :
Nama : Mardatila (061530330280)
Choirun Nisa
(061530330271)
Ahmad Mandala Putra (061530330970)
Kelas : 1TB
Kelompok : 9
Dosen Pengampu : Edi Suryadi, M.Pd.
JURUSAN
TEKNIK ELEKTRO
PRODI
D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK
NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang
30139 Telpon : +620711353414
Fax :+62711355918 Web : http:// www.polsri.ac.id atau http://www.polisriwijaya.ac.id
Email : info@polsri.ac.id
Fax :+62711355918 Web : http:// www.polsri.ac.id atau http://www.polisriwijaya.ac.id
Email : info@polsri.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
.............................................................................................................
Daftar Isi
.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
........................................................................... 3
1.1 Latar Belakang
............................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan
.......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4
2.1 Pengertian
penalaran karangan .................................................. 4
2.2 Unsur-unsur
penalaran karangan ................................................ 4
2.3 Pengertian penalaran induktif
..................................................... 6
2.4 Pengertian penalaran deduktif
.................................................... 7
2.5 Salah nalar
................................................................................... 9
2.6 Isi karangan
................................................................................. 10
2.7 Cara
menyimpulkan karangan ..................................................... 14
BAB III PENUTUP
......................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan
................................................................................. 15
3.2 Kritik & Saran
.............................................................................. 15
Daftar Pustaka
............................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menulis
merupakan proses bernalar. Menulis suatu topik kita harus berfikir,
menghubungkannya dengan berbagai fakta, dan membandingkan.Selama hidup kita,
terutama dalam keadaan tidak tidur, kita selalu berfikir.Menulis merupakan
kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian
gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak
terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya melamun.
Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang
saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis
kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Dapat
dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses
berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan.
Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya,
penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif.
Berdasarkan uraian diatas mengenai penalaran
maka dapat kita katakan penalaran merupakan proses berpikir manusia untuk
menghubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
Sementara dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu
kesimpulan yang tuangkan dalam bentuk tulisan. Dengan penalaran yang tepat,
hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi
karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap
pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak
tepat tidak masuk dalam karangan.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan
makalah ini diantaranya :
Ø
Apa yang dimaksud
dengan Penalaran Karangan ?
Ø
Apa saja unsur-unsur
Penalaran ?
Ø
Apa yang dimaksud
Penalaran Induktif ?
Ø
Apa yang dimaksud
Penalaran Deduktif ?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini diantaranya :
Ø Memahami pengertian penalaran karangan
Ø Memahami unsur-unsur penalaran
Ø Memahami pengertian penalaran induktif
Ø Memahami pengertian penalaran deduktif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penalaran Karangan
Menurut Widjono, (2007:209), mengungkapkan
penalaran dalam beberapa definisi yaitu :
1. Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam
urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan.
2. Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai
dengan suatu simpulan.
3. Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan
suatu simpulan atau pengertian baru.
4. Dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih,
penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan
menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat
hubungan suatu simpulan.
5. Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu
simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.
Dari beberapa pengertian mengenai penalaran karangan
diatas jadi dapat disimpulkan Penalaran
karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji topik berupa fakta yang
terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu
karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.
2.2 Unsur-unsur penalaran
Menurut
Widjono,(2007:210), unsur penalaran penulisan ilmiah sebagai berikut :
1.
Topik
Topik
adalah ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi
sekurang-kurangnya dua variabel.
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam
bentuk proposisi adalah
kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3. Proposisi
Proposisi mempunyai beberapa jenis,
antara lain:
a.
Proposisi empirik yaitu
proposisi berdasarkan fakta.
contoh : Anak cerdas dapat
memanfaatkan potensinya.
b. Proposisi mutlak
Proposisi mutlak adalah pembenaran
yang tidak memerlukan pengujian untuk
melakukan benar atau salahnya.
melakukan benar atau salahnya.
Contohnya: Gadis yaitu
wanita muda yang belum pernah menikah.
c.
Proposisi hipotetik
Proposisi
hipotetik adalah persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
Contohnya:
Jika dijemput, X akan ke rumah.
d.
Proposisi kategoris
Proposisi
kategoris adalah tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
Contohnya:
X akan menikahi Y.
e.
Proposisi positif
universal
Proposisi positif universal
adalah pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
Contonya: Semua hewan akan mati.
f.
Proposisi positif
persial
Proposisi positif persial adalah
pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut bersifat positif.
Contohnya: Sebagian orang ingin
hidup kaya.
g.
Proposisi negatif
universal
Proposisi negatif universal
adalah kebalikan dari proposisi positif universal. Contohnya: Tidak ada gajah
tidak berbelalai.
h.
Proposisi negatif
persial
Proposisi negatif persial adalah
kebalikan dari proposisi positif persial.
Contohnya: Sebagian orang hidup menderita.
Contohnya: Sebagian orang hidup menderita.
4. Proses berpikir ilmiah
Proses berfikir ilmiah adalah kegiatan
yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah
menuju suatu kesimpulan.
menuju suatu kesimpulan.
5. Logika
Logika adalah metode pengujian ketepatan penalaran,penggunaan(alasan),
argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
Logika adalah metode pengujian ketepatan penalaran,penggunaan(alasan),
argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
6. Sistematika
Sistematika adalah seperangkat proses
atas bagian-bagian atau unsur-unsur proses
berpikir ke dalam suatu kesatuan.
berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7. Permasalahan
Permasalahan adalah pertanyaan yang
harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8. Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang
akan dianalisis.
9. Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan
mengidentifikasi analisis
(pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi,
mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
(pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi,
mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian (argumentasi) adalah proses pembenaran
bahwa proposisi itu terbukti
kebenarannya atau kesalahannya.
kebenarannya atau kesalahannya.
11. Hasil adalah akibat yang ditimbulkan dari sebuah
analisis induktif dan deduktif.
12. Kesimpulan (simpulan) adalah penafsiran atau hasil
pembahasan, dapat berupa
implikasi atau inferensi.
implikasi atau inferensi.
2.3 Pengertian
Penalaran Induktif
Menurut
Minto Rahayu, (2007:41) proses bernalar pada dasarnya ada
dua macam, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif
adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan,
dukungan pembuktian, dan diakhiri dengan kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat
berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus.
Ada tiga macam penalaran induktif, diantaranya: Generalisasi, Analogi, dan Sebab-akibat.
Ø Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan
pengamatan atas sejumlah data yang bersifat khusus yang disusun secara logis
dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.
Ø Analogi adalah proses penalaran berdasarkan
pengamatan atas data khusus dengan membandingkan atau mengumpamakan suatu objek
yang sudah teridentifikasi secara jelas terhadap objek yang dianalogikan sampai
dengan kesimpulan yang berlaku umum.
Ø Sebab-akibat adalah proses penalaran berdasarka
hubungan antardata yang mengikuti pola sebab-akibat, akibat-sebab, sebab –
akibat-akibat.
Contoh Penalaran Induktif :
Seorang polisi lalu lintas mengidenfikasi proses terjadinya kecelakaan
lalu lintas di perempatan Rawamangun Muka, persilangan Rawamangun Muka-Utan
Kayu dan Cililitan-Tanjung Priok, yang terjadi pada tanggal 11 April 2011 pukul
07.30 pagi tadi. Sebuah truk dari arah Cililitan menabrak bajaj sehingga
terpental 100 meter, bagian depan truk penyok sedalam 15 cm, dan supir bajaj
terpental keluar dari kendaraannya. Seorang saksi mata menuturkan bahwa bajaj
tersebut terpental berguling-guling di udara. Dalam pengamatannya, melalui
proses penghitungan waktu, polisi menyatakan bahwa pada saat truk melintas dari
arah Cililitan ke Rawamangun Muka lampu hijau menyala dan dibenarkan oleh para
saksi. Polisi juga menyatakan bahwa dalam keadaan lampu menyala merah sebuah
bajaj berkecepatan tinggi dari arah Tanjung Priok menerobos sehingga tertabrak
oleh truk yang sedang berbelok dari arah selatan ke arah Rawamangun Muka.
Hasil pengamatan: supir bajaj terbukti bersalah.
Kesimpulan: 1. supir bajaj menanggung biaya kerusakannya
sendiri.
2. supir
bajaj mengganti biaya perbaikan truk yang menabraknya.
3. supir bajaj membayar
denda atas pelanggarannya.
Proses bernalar diawali
dari topic sampai dengan simpulan:
Topik - (mendesain kerangka dasar penalaran) menjadikannya sebuah kerangka karangan
- (mendesain metode) pengumpulan data, deskripsi data, dan analisis - (menetapkan) hasil
analisis – kesimpulan (menafsirkan hasil analisis).
Topik - (mendesain kerangka dasar penalaran) menjadikannya sebuah kerangka karangan
- (mendesain metode) pengumpulan data, deskripsi data, dan analisis - (menetapkan) hasil
analisis – kesimpulan (menafsirkan hasil analisis).
2.4
Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang
bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri simpulan khusus yang
berupa prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus. Karangan deduktif
mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan tehnik pengembangannya maupun uraian
isinya. Dalam paragraf sederhana jenis-jenis tersebut dapat dilihat pada contoh
berikut.
Contoh:
LKMSM (Latihan Kepemimpinan dan Manajemen
Siswa Muslim) pada bulan Ramadhan sangat meriah. Kegiatan ini diikuti
oleh seluruh siswa-siswi kota Depok yang diadakan di sekolah SMAN 1 Depok yang
dibimbing oleh Mahasiswa UI Depok. Semua siswa-siswi yang mengikuti kegiatan
tersebut sangat semangat apalagi para panitia dan pembimbing sudah menyiapkan
hadiah dan sertifikat untuk siswa yang berprestasi saat mengikuti acara.
Paragraf di atas berupa
karangan deduktif. Proses penalaran diawali dengan :
1. Pernyataan yang bersifat umum : Kegiatan LKMSM (Latihan Kepemimpinan Manajemen
Siswa Muslim) pada bulan Ramadhan sangat meriah.
2. Pembahasan kuantitas peserta.
3. Spesifikasi keadaan kegiatan.
4. Pemberian hadiah dan sertifikat untuk siswa yang berprestasi saat mengikuti acara.
1. Pernyataan yang bersifat umum : Kegiatan LKMSM (Latihan Kepemimpinan Manajemen
Siswa Muslim) pada bulan Ramadhan sangat meriah.
2. Pembahasan kuantitas peserta.
3. Spesifikasi keadaan kegiatan.
4. Pemberian hadiah dan sertifikat untuk siswa yang berprestasi saat mengikuti acara.
Bahasan topik karangan berdasarkan penelitian
tersebut relatif rumit dan sulit. Namun, sebuah karangan dapat ditulis dalam
bentuk yang sederhana dan mudah. Pengembangan topik dapat dilakukan berdasarkan
urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran sederhana, sebab-akibat, deduksi
sederhana, induksi sederhana, dan sebagainya.
Karangan
disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangan dalam urutan logis,
sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disususn berdasarkan urutan
peristiwa, waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat), proses,
kepentingan, dan sebagainya.
a. Urutan Peristiwa (Kronologis)
Karangan
dengan urutan peristiwa secara kronologis ialah menyajikan bahasan berdasarkan
urutan kejadian. Peristiwa ini terjadi kemudian diuraikan lebih dulu, peristiwa
yang terjadi kemudian diuraikan. Urutan dapat disajikan dengan pola sebagai
berikut:
Cara pertama: urutan kronologis secara alami.
Cara pertama: urutan kronologis secara alami.
Peristiwa 1,
Peristiwa 2,
Peristiwa 3, dan seterusnya
Cara kedua: urutan peristiwa dengan sorot
barik flashback.
Peristiwa
terakhir,
Peristiwa pertama s.d ketiga dalam bentuk sorot balik atau flashback,
Kembali
ke peristiwa terakhir dan melanjutkan cerira.
b. Urutan
Ruang
Urutan
ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang. Untuk
menyatakan urutan ruang itu, kita dapat menggunakan ungkapan-ungkapan:di sana,
di sini, di situ, di, pada, di bawah, di atas, di tengah, di utara, di selatan,
di depan, dimuka, dibelakang, dikiri, di kanan, di luar, di dalam, berhadapan, bertolak
belakang dengan, berseberangan, melalui, belok kanan, belok kiri, ke depan, ke
atas, ke samping, di sisi, di seberang, di hadapan, di persimpangan.
c.
Urutan
Alur Penalaran
Berdasarkan
alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan umum-khusus
dan khusus-umum. Urutan ini menghasilkan paragraf deduktif dan induktif. Dalam karangan yang panjang terdiri beberapa
bab akan menghasilkan bab simpulan.
Urutan
umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang
paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh lebih
mudah dipahami isinya.
d. Urutan
Kepentingan
Suatu
karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan gagasan yang
dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang paling penting
sampai yang paling tidak penting atau
sebaliknya.
2.5 Salah Nalar
Salah nalar yaitu gagasan,
perkiraan, kepercayaan, atau kesimpulan yang keliru atau sesat. Ada 10 macam
salah nalar yang sering terdapat didalam sebuah karangan.
1. Diduksi yang salah
2. Generalisasi
yang terlalu luas
3. Pemikiran
‘atau ini, atau itu’
4. Salah
nilai atas penyebab
5. Analogi yang salah
6. Penyimpangan masalah
7. Pembenaran
pokok masalah lewat pokok sampingan
8. Argumentasi Ad-Huminem
9. Imbauan
pada keahlian yang disangsikan
10. Non seguitur.
2.6 Isi Karangan
Isi
karangan dapat berupa sajian fakta (benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri
sesuatu, dan sebagainya), pendapat/sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan
sebagainya. Karya ilmiah berisi ilmu pengetahuan dan teknologi, membahas permasalahan,
pembahasan, dan pembuktian. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang
berhubungan dengan fakta, generalisasi, spekifikasi, klasifikasi, perbandingan
dan pertentangan, sebab-akibat, analogi, dan perkiraan (ramalan).
1. Generalisasi dan Spesifikasi
Generalisasi
adalah pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagian besar gejala yang
diamati. Di dalam pengambangan karangan, generalisasi perlu ditunjang pembuktian dengan
fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi
atau ciri khusus. Generalisasi yang mengemukakan fakta disebut generalisasi
faktual atau opini. Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca
daripada generalisasi yang berupa pendapat atau penilaian (value judgement).
Fakta mudah dibuktikan atau diuji.
2. Klasifikasi
Klasifikasi
adalah pengelompokan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu.
Klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang mengelompokkan
objek menjadi dua kelompok.
Misalnya:
1. manusia terdiri dari dua jenis yaitu pria dan
wanita, dan klasifikasi kompleks yang
mengelompokkan objek menjadi tiga kelompok
atau lebih.
2. usia
manusia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu anak balita,
anak usia sekolah SD, SMP, dan SMU, orang dewasa, dan manula.
anak usia sekolah SD, SMP, dan SMU, orang dewasa, dan manula.
Dalam
pengembangan karangan, klasifikasi merupakan karangan sejenis
generalisasi. Fakta
mengemukakan dua macam generalisasi yaitu generalisasi biasa dan generalisasi
klasifikasi.
3. Perbandingan dan Pertentangan
Perbandingan
ialah membahas kesamaan dan kemiripan. Sedangkan pertentangan ialah membahas perbedaan dan
ketidaksamaan. Kalimat-kalimat berikut merupakan dikator perbandingan dan
pertentangan.
Contoh
:
§ Dahulu di gunung kidul air sangat langka,
sekarang mudah didapat.
§ Anak muda sekarang lebih bebas bergaul
daaripada anak muda dahulu.
§ India adalah negara benua sedangkan Indonesia
adalah negara maritim.
§ Perbedaan sistem liberal dan demokrasi
Pancasila.
4. Sebab dan Akibat
Suatu
peristiwa dapat menyebabkan serangkaian akibat sehingga timbullah serangkaian
sebab-akibat. Berikut merupakan proses mengarang dengan penalaran sebab-akibat:
sebab-akibat. Berikut merupakan proses mengarang dengan penalaran sebab-akibat:
1) Menentukan topik,
2) Menentukan pola,
3) Menentukan sebab,
4) Mulai menulis dengan
kalimat topik yang menjadi sebab,
5) Menjelaskan sebab-sebab
tersebut, mengapa sebab-sebab itu terjadi,
6) Menyebutkan/menjelaskan
akibat yang ditimbulkan.
5. Analogi
Analogi
adalah bentuk suatu kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih objek
yang berlainan. Secara garis besar analogi dapat dibedakan atas:
yang berlainan. Secara garis besar analogi dapat dibedakan atas:
1. Analogi sederhana
2. Analogi
yang berupa kiasan
Analogi berdasarkan pengungkapan Isi:
1. Analogi deklaratif
● Menjelaskan suatu objek yang
belum dikenal berdasarkan persamaannya dengan
objek yang sudah dikenal.
objek yang sudah dikenal.
● Tidak
menghasilkan simpulan.
● Tidak
memberikan pengetahuan baru.
● Kata-kata
yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah bagaikan, laksana, seperti,
bagai.
bagai.
● se.... (kale keadaan, misalnya
“seindah”).
Contoh:
Ia
berdiri di depan kelas dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan
Batara Kala yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan
kirinya di meja, seperti militer siap tembak musuh. Ia memukul meja di
hadapannya, sambil berteriak tak terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan
seperti guntur di musim panas. Semua orang yang hadir terdiam dan mengerut
seperti bekicot disiram garam.
2. Analogi
induktif
● Menjelaskan
suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru.
● Menghasilkan
suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan generalisasi).
● Kesimpulan dapat dijadikan dasar
pengetahuan bagi objek yang lain, berdasarkan
persamaan ciri.
persamaan ciri.
● Kata-kata
yang sering digunakan: maka, dengan demikian, dengan begitu.
Contoh:
Pada
pertengahan Juli 1981, Saya pergi ke kampus London University untuk mengikuti
kuliah pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka saya
dapat berjalan santai sambil menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di
depan kampus, tiba-tiba saya mendengar teriakan, “ Halo Indonesia “. Saya
menengok ke arah suara, sambil bertanya, “ How do you know ? “ . Meraka bertiga
menjawab dalam bahasa Indonesia, “ Mudah saja, walaupun anda tampak seperti
orang philipin, jalan anda persis orang Indonesia. Santai ! “. Dengan
pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan saya. Walaupun tidak secepat orang
Inggris atau orang Eropa pada umumnya. Mereka benar. Orang berjalan santai
berisiko dicopet, dipalak, atau sejenisnya. Tegasnya, Saya harus berjalan cepat
seperti kebiasaan orang Eropa.
6. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang
diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya: tembok
ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam
kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan.
7. Ramalan / Perkiraan
Ramalan adalah semacam inferensi yang
berisi pernyataan tentang sesuatu yang terjadi pada waktu yang akan datang.
Ramalan dibedakan menjadi atas ramalan tidak ilmiah dan ramalan ilmiah. Ramalan
tidak ilmiah adalah ramalan yang diperoleh melalui prosedur yang tidak ilmiah.
Misalnya, sesuatu yang bersifat gaib. Ramalan ilmiah disusun berdasarkan hasil
penalaran ilmiah, perhitungan atas fakta, pengalaman empirik, pengujian, atau
analisis ilmiah.
Kata-kata
yang lazim digunakan dalam perkiraan:
·
memperkirakan/diperkirakan,
·
ditaksir,
·
sangat mungkin,
·
boleh
jadi,
·
anggapan,
·
dapat diproyeksikan,
·
mungkin,
·
diduga
akan.
2.7
Cara menyimpulkan karangan
Cara menyimpulkan karangan sangat lah mudah, untuk mengambil sebuah
kesimpulan harus menggunkan pola penalaran infuktif dan deduktif, barulah
mencari sebab akibat, sebab sebab, akibat akibat. Lalu, untuk mentimpulkan
suatu karangan diperlukan pemikiran yang logis agar dapat menarik kesimpulan
secara tepat.
Data yang dianalisis dan dievakuasi menghasilkan fakta. Fakta hasil
analisis dapat diinterpretasikan menjadi suatu simpulan yang dapat barupa:
perkiraan, implikasi, inferensi, atau tindakan.
·
Implikasi
adalah simpulan yang bersifat melibatkan data. Misalnya: Sore hari ini tidak
hujan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan fakta yang masih terlihat pada
saat simpulan dibuat.
·
Inferensi
diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi atau rujukan.
Misalnya: Majapahit adalah kerajaan di Jawa timur yang mengalami kejayaan pada
masa kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Simpulan tersebut didasarkan
pada tanda-tanda atau sisa-sisa yang masih diamati sebagai argumentasi.
·
Tindakan
adalah simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu kajian.
Misalnya: Setelah dilakukan studi yang mendalam, sebuah perusahaan hampir
bangkrut karena mesin teknologi yang digunakan sudah usang. Alternatif solusi,
menjual perusahaan dengan harga murah atau meminjam uang di bank untuk peremajaan
mesin produksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi
kesimpulan dari pembahasan diatas yaitu :
ü Penalaran karangan ialah proses berpikir
logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan
sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian
baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah
analisis induktif dan deduktif.
ü Induktif dan deduktif pada dasarnya merupakan
proses bernalar yang nantinya akan menghasilkan suatu simpulan.
ü Dalam karangan terdapat isi karangan. Isi
karangan tersebuta meliputi generalisasi, klasifikasi, perbandingan dan
pertentangan, sebab dan akibat, analogi, ramalan dan perkiraan, dan simpulan.
3.2 Kritik
dan Saran
Semoga
dengan adanya makalah ini para pembaca dan kami selaku pemateri, mendapatkan
manfaatnya. Apabila terdapat kekurangan dalam penulisan atau penyajian makalah
ini kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini lebih bermanfaat di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal dan Tasai, Amran., 2006, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk
Perguruan
Tinggi,Jakarta : Akapres.
Tinggi,Jakarta : Akapres.
Hs, Widjono, 2007, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi, Jakarta: Grasindo.
Rahayu, Minto, 2007, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar