Sprinkled Donut

Rabu, 07 Desember 2016

Penalaran Karangan


PENALARAN KARANGAN
OLEH :

Nama                             : Mardatila        (061530330280)
                                       Choirun Nisa   (061530330271)
                                       Ahmad Mandala Putra (061530330970)
Kelas                              : 1TB
Kelompok                      : 9
Dosen Pengampu           : Edi Suryadi, M.Pd.



JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telpon : +620711353414
Fax :+62711355918 Web : http://
www.polsri.ac.id atau http://www.polisriwijaya.ac.id
Email :
info@polsri.ac.id


DAFTAR ISI
   Halaman
Halaman Judul  .............................................................................................................     
Daftar Isi .......................................................................................................................     

BAB  I               PENDAHULUAN  ...........................................................................        3
1.1  Latar Belakang .............................................................................        3
1.2  Rumusan Masalah ........................................................................        3
1.3  Tujuan ..........................................................................................        3


BAB II               PEMBAHASAN  ..............................................................................       4

                           2.1 Pengertian penalaran karangan ..................................................        4
                           2.2 Unsur-unsur penalaran karangan ................................................       4
 2.3 Pengertian penalaran induktif .....................................................       6
 2.4 Pengertian penalaran deduktif ....................................................       7
 2.5 Salah nalar ...................................................................................      9
 2.6 Isi karangan .................................................................................      10
                           2.7 Cara menyimpulkan karangan .....................................................      14


BAB III             PENUTUP  .........................................................................................      15

                           3.1 Kesimpulan  .................................................................................      15
                           3.2 Kritik & Saran ..............................................................................      15

Daftar Pustaka ...............................................................................................................      16

BAB   I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
     Menulis merupakan proses bernalar. Menulis suatu topik kita harus berfikir, menghubungkannya dengan berbagai fakta, dan membandingkan.Selama hidup kita, terutama dalam keadaan tidak tidur, kita selalu berfikir.Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Dapat dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif.
  Berdasarkan uraian diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan penalaran merupakan proses berpikir manusia untuk menghubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Sementara dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang tuangkan dalam bentuk tulisan. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan.


1.2              Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini diantaranya :
Ø  Apa yang dimaksud dengan Penalaran Karangan ?
Ø  Apa saja unsur-unsur Penalaran ?
Ø  Apa yang dimaksud Penalaran Induktif ?
Ø  Apa yang dimaksud Penalaran Deduktif ?


1.3              Tujuan
            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya :
Ø  Memahami pengertian penalaran karangan
Ø  Memahami unsur-unsur penalaran
Ø  Memahami pengertian penalaran induktif
Ø  Memahami pengertian penalaran deduktif


                                               
                                        BAB  II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Penalaran Karangan
     Menurut Widjono, (2007:209), mengungkapkan penalaran dalam beberapa definisi yaitu :
1.      Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan.
2.       Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.
3.      Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru.
4.      Dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan suatu simpulan.
5.      Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.
Dari beberapa pengertian mengenai penalaran karangan diatas jadi dapat disimpulkan  Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji topik berupa fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.

2.2   Unsur-unsur penalaran
Menurut Widjono,(2007:210), unsur penalaran penulisan ilmiah sebagai berikut :
1.       Topik
Topik adalah ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-kurangnya dua variabel.
2.      Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi adalah
      kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3.      Proposisi
       Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:
a.       Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta.
contoh : Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
              b.      Proposisi mutlak
                    Proposisi mutlak adalah pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk
                    melakukan benar atau salahnya.
                    Contohnya: Gadis yaitu wanita muda yang belum pernah menikah.
c.       Proposisi hipotetik
Proposisi hipotetik adalah persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
Contohnya: Jika dijemput, X akan ke rumah.
d.      Proposisi kategoris
Proposisi kategoris adalah tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
Contohnya: X akan menikahi Y.
e.       Proposisi positif universal
Proposisi positif universal adalah pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
Contonya: Semua hewan akan mati.
f.       Proposisi positif persial
Proposisi positif persial adalah pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut bersifat positif.
Contohnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.
g.      Proposisi negatif universal
Proposisi negatif universal adalah kebalikan dari proposisi positif universal. Contohnya: Tidak ada gajah tidak berbelalai.
h.      Proposisi negatif persial
              Proposisi negatif persial adalah kebalikan dari proposisi positif persial.    
              Contohnya: Sebagian orang hidup menderita.
      4.      Proses berpikir ilmiah
       Proses berfikir ilmiah adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah
      menuju suatu kesimpulan.
5.      Logika
      Logika adalah metode pengujian ketepatan penalaran,penggunaan(alasan),
      argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
6.      Sistematika
       Sistematika adalah seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsur-unsur proses
       berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7.      Permasalahan
       Permasalahan adalah pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8.      Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9.      Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi analisis
     (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi,
      mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10.  Pembuktian (argumentasi) adalah proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti
       kebenarannya atau kesalahannya.
11.  Hasil adalah akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan deduktif.
12.  Kesimpulan (simpulan) adalah penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa
       implikasi atau inferensi.

2.3 Pengertian Penalaran Induktif
         Menurut Minto Rahayu, (2007:41) proses bernalar  pada dasarnya ada dua macam, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri dengan kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus. Ada tiga macam penalaran induktif, diantaranya: Generalisasi, Analogi, dan Sebab-akibat.
Ø  Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah data yang bersifat khusus yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum. 
Ø  Analogi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas data khusus dengan membandingkan atau mengumpamakan suatu objek yang sudah teridentifikasi secara jelas terhadap objek yang dianalogikan sampai dengan kesimpulan yang berlaku umum. 
Ø  Sebab-akibat adalah proses penalaran berdasarka hubungan antardata yang mengikuti pola sebab-akibat, akibat-sebab, sebab – akibat-akibat.
Contoh Penalaran Induktif :                                                                                                         
     Seorang polisi lalu lintas mengidenfikasi proses terjadinya kecelakaan lalu lintas di perempatan Rawamangun Muka, persilangan Rawamangun Muka-Utan Kayu dan Cililitan-Tanjung Priok, yang terjadi pada tanggal 11 April 2011 pukul 07.30 pagi tadi. Sebuah truk dari arah Cililitan menabrak bajaj sehingga terpental 100 meter, bagian depan truk penyok sedalam 15 cm, dan supir bajaj terpental keluar dari kendaraannya. Seorang saksi mata menuturkan bahwa bajaj tersebut terpental berguling-guling di udara. Dalam pengamatannya, melalui proses penghitungan waktu, polisi menyatakan bahwa pada saat truk melintas dari arah Cililitan ke Rawamangun Muka lampu hijau menyala dan dibenarkan oleh para saksi. Polisi juga menyatakan bahwa dalam keadaan lampu menyala merah sebuah bajaj berkecepatan tinggi dari arah Tanjung Priok menerobos sehingga tertabrak oleh truk yang sedang berbelok dari arah selatan ke arah Rawamangun Muka. 

  Hasil pengamatan: supir bajaj terbukti bersalah. 

 Kesimpulan: 1. supir bajaj menanggung biaya kerusakannya sendiri.
                      2. supir bajaj mengganti biaya perbaikan truk yang menabraknya.
                      3. supir bajaj membayar denda atas pelanggarannya.
Proses bernalar diawali dari topic sampai dengan simpulan:
     Topik - (mendesain kerangka dasar penalaran) menjadikannya sebuah kerangka karangan
      - (mendesain metode) pengumpulan data, deskripsi data, dan analisis - (menetapkan) hasil
      analisis – kesimpulan (menafsirkan hasil analisis).
2.4  Pengertian Penalaran Deduktif
      Penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri simpulan khusus yang berupa prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus. Karangan deduktif mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan tehnik pengembangannya maupun uraian isinya. Dalam paragraf sederhana jenis-jenis tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Contoh:
LKMSM (Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Siswa Muslim) pada bulan Ramadhan sangat meriah. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa-siswi kota Depok yang diadakan di sekolah SMAN 1 Depok yang dibimbing oleh Mahasiswa UI Depok. Semua siswa-siswi yang mengikuti kegiatan tersebut sangat semangat apalagi para panitia dan pembimbing sudah menyiapkan hadiah dan sertifikat untuk siswa yang berprestasi saat mengikuti acara.
Paragraf di atas berupa karangan deduktif. Proses penalaran diawali dengan :
1. Pernyataan yang bersifat umum : Kegiatan LKMSM (Latihan Kepemimpinan Manajemen
    Siswa Muslim) pada bulan Ramadhan sangat meriah.
2. Pembahasan kuantitas peserta.
3. Spesifikasi keadaan kegiatan.
4. Pemberian hadiah dan sertifikat untuk siswa yang berprestasi saat mengikuti acara.
            Bahasan topik karangan berdasarkan penelitian tersebut relatif rumit dan sulit. Namun, sebuah karangan dapat ditulis dalam bentuk yang sederhana dan mudah. Pengembangan topik dapat dilakukan berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran sederhana, sebab-akibat, deduksi sederhana, induksi sederhana, dan sebagainya.
Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangan dalam urutan logis, sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disususn berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat), proses, kepentingan, dan sebagainya.
a.  Urutan Peristiwa (Kronologis)
Karangan dengan urutan peristiwa secara kronologis ialah menyajikan bahasan berdasarkan urutan kejadian. Peristiwa ini terjadi kemudian diuraikan lebih dulu, peristiwa yang terjadi kemudian diuraikan. Urutan dapat disajikan dengan pola sebagai berikut:
Cara pertama: urutan kronologis secara alami.
Peristiwa 1,
Peristiwa 2,
Peristiwa 3, dan seterusnya

Cara kedua: urutan peristiwa dengan sorot barik flashback.
       Peristiwa terakhir,
       Peristiwa pertama s.d ketiga dalam bentuk sorot balik atau flashback,
 Kembali ke peristiwa terakhir dan melanjutkan cerira.
b.   Urutan Ruang
     Urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang. Untuk menyatakan urutan ruang itu, kita dapat menggunakan ungkapan-ungkapan:di sana, di sini, di situ, di, pada, di bawah, di atas, di tengah, di utara, di selatan, di depan, dimuka, dibelakang, dikiri, di kanan, di luar, di dalam, berhadapan, bertolak belakang dengan, berseberangan, melalui, belok kanan, belok kiri, ke depan, ke atas, ke samping, di sisi, di seberang, di hadapan, di persimpangan.
c.    Urutan Alur Penalaran
       Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini menghasilkan paragraf deduktif dan induktif.  Dalam karangan yang panjang terdiri beberapa bab akan menghasilkan bab simpulan.
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh lebih mudah dipahami isinya.
d.  Urutan Kepentingan
      Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan gagasan yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang paling penting sampai  yang paling tidak penting atau sebaliknya.

      2.5  Salah Nalar
             Salah nalar yaitu gagasan, perkiraan, kepercayaan, atau kesimpulan yang keliru atau sesat. Ada 10 macam salah nalar yang sering terdapat didalam sebuah karangan.

                 1. Diduksi yang salah
2. Generalisasi yang terlalu luas
3. Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
4. Salah nilai atas penyebab
5. Analogi yang salah
6. Penyimpangan masalah
7. Pembenaran pokok masalah lewat pokok sampingan
8. Argumentasi Ad-Huminem
9. Imbauan pada keahlian yang disangsikan
10. Non seguitur.    

     2.6   Isi Karangan
Isi karangan dapat berupa sajian fakta (benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri sesuatu, dan sebagainya), pendapat/sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan sebagainya. Karya ilmiah berisi ilmu pengetahuan dan teknologi, membahas permasalahan, pembahasan, dan pembuktian. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan fakta, generalisasi, spekifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab-akibat, analogi, dan perkiraan (ramalan).
 1.      Generalisasi dan Spesifikasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Di dalam pengambangan karangan, generalisasi  perlu ditunjang pembuktian dengan fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus. Generalisasi yang mengemukakan fakta disebut generalisasi faktual atau opini. Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada generalisasi yang berupa pendapat atau penilaian (value judgement). Fakta mudah dibuktikan atau diuji.

         2. Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu. Klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang mengelompokkan objek menjadi dua kelompok.
Misalnya:
1.      manusia terdiri dari dua jenis yaitu pria dan wanita, dan klasifikasi kompleks yang
mengelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau lebih.
2.     usia manusia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu anak balita,
    anak usia sekolah SD, SMP, dan SMU, orang dewasa, dan manula.
Dalam pengembangan karangan, klasifikasi merupakan karangan sejenis generalisasi.  Fakta mengemukakan dua macam generalisasi yaitu generalisasi biasa dan generalisasi klasifikasi.

3. Perbandingan dan Pertentangan
Perbandingan ialah membahas kesamaan dan kemiripan. Sedangkan pertentangan  ialah membahas perbedaan dan ketidaksamaan. Kalimat-kalimat berikut merupakan dikator perbandingan dan pertentangan.
Contoh :
§  Dahulu di gunung kidul air sangat langka, sekarang mudah didapat.
§  Anak muda sekarang lebih bebas bergaul daaripada anak muda dahulu.
§  India adalah negara benua sedangkan Indonesia adalah negara maritim.
§  Perbedaan sistem liberal dan demokrasi Pancasila.
      4.  Sebab dan Akibat
Suatu peristiwa dapat menyebabkan serangkaian akibat sehingga timbullah serangkaian
          sebab-akibat. Berikut merupakan proses mengarang dengan penalaran sebab-akibat:
             1) Menentukan topik,
             2)  Menentukan pola,
             3)  Menentukan sebab,
             4) Mulai menulis dengan kalimat topik yang menjadi sebab,
             5) Menjelaskan sebab-sebab tersebut, mengapa sebab-sebab itu terjadi,
             6) Menyebutkan/menjelaskan akibat yang ditimbulkan.
     5.      Analogi
Analogi adalah bentuk suatu kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih objek
          yang berlainan. Secara garis besar analogi dapat dibedakan atas:
           1. Analogi sederhana  
           2.  Analogi yang berupa kiasan
Analogi berdasarkan pengungkapan Isi:
           1. Analogi deklaratif
              ● Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaannya dengan
             objek yang sudah dikenal.
             ●  Tidak menghasilkan simpulan.
             ●  Tidak memberikan pengetahuan baru.
             ●  Kata-kata yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah bagaikan, laksana, seperti,
            bagai.
            ●  se.... (kale keadaan, misalnya “seindah”).
      Contoh:
     Ia berdiri di depan kelas dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan Batara Kala yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan kirinya di meja, seperti militer siap tembak musuh. Ia memukul meja di hadapannya, sambil berteriak tak terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas. Semua orang yang hadir terdiam dan mengerut seperti bekicot disiram garam.
     

  2. Analogi induktif
           ●  Menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru.
          ●  Menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan generalisasi).
          ● Kesimpulan dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek yang lain,  berdasarkan
          persamaan ciri.
          ●  Kata-kata yang sering digunakan: maka, dengan demikian, dengan begitu.
       Contoh:
       Pada pertengahan Juli 1981, Saya pergi ke kampus London University untuk mengikuti kuliah pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka saya dapat berjalan santai sambil menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di depan kampus, tiba-tiba saya mendengar teriakan, “ Halo Indonesia “. Saya menengok ke arah suara, sambil bertanya, “ How do you know ? “ . Meraka bertiga menjawab dalam bahasa Indonesia, “ Mudah saja, walaupun anda tampak seperti orang philipin, jalan anda persis orang Indonesia. Santai ! “. Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan saya. Walaupun tidak secepat orang Inggris atau orang Eropa pada umumnya. Mereka benar. Orang berjalan santai berisiko dicopet, dipalak, atau sejenisnya. Tegasnya, Saya harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang Eropa.
  6.      Hubungan Kausal
   Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya: tembok ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan.
    7.      Ramalan / Perkiraan
     Ramalan adalah semacam inferensi yang berisi pernyataan tentang sesuatu yang terjadi pada waktu yang akan datang. Ramalan dibedakan menjadi atas ramalan tidak ilmiah dan ramalan ilmiah. Ramalan tidak ilmiah adalah ramalan yang diperoleh melalui prosedur yang tidak ilmiah. Misalnya, sesuatu yang bersifat gaib. Ramalan ilmiah disusun berdasarkan hasil penalaran ilmiah, perhitungan atas fakta, pengalaman empirik, pengujian, atau analisis ilmiah.
Kata-kata yang lazim digunakan dalam perkiraan:
·         memperkirakan/diperkirakan,
·         ditaksir,
·          sangat mungkin,
·         boleh jadi,
·         anggapan,
·          dapat diproyeksikan,
·          mungkin,
·         diduga akan.

2.7      Cara menyimpulkan karangan
Cara menyimpulkan karangan sangat lah mudah, untuk mengambil sebuah kesimpulan harus menggunkan pola penalaran infuktif dan deduktif, barulah mencari sebab akibat, sebab sebab, akibat akibat. Lalu, untuk mentimpulkan suatu karangan diperlukan pemikiran yang logis agar dapat menarik kesimpulan secara tepat.
Data yang dianalisis dan dievakuasi menghasilkan fakta. Fakta hasil analisis dapat diinterpretasikan menjadi suatu simpulan yang dapat barupa: perkiraan, implikasi, inferensi, atau tindakan.
·         Implikasi adalah simpulan yang bersifat melibatkan data. Misalnya: Sore hari ini tidak hujan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan fakta yang masih terlihat pada saat simpulan dibuat.
·         Inferensi diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi atau rujukan. Misalnya: Majapahit adalah kerajaan di Jawa timur yang mengalami kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Simpulan tersebut didasarkan pada tanda-tanda atau sisa-sisa yang masih diamati sebagai argumentasi.
·         Tindakan adalah simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu kajian. Misalnya: Setelah dilakukan studi yang mendalam, sebuah perusahaan hampir bangkrut karena mesin teknologi yang digunakan sudah usang. Alternatif solusi, menjual perusahaan dengan harga murah atau meminjam uang di bank untuk peremajaan mesin produksi.


BAB  III
   PENUTUP

3.1    Kesimpulan
         Jadi kesimpulan dari pembahasan diatas yaitu : 
ü  Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.
ü  Induktif dan deduktif pada dasarnya merupakan proses bernalar yang nantinya akan menghasilkan suatu simpulan.
ü  Dalam karangan terdapat isi karangan. Isi karangan tersebuta meliputi generalisasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab dan akibat, analogi, ramalan dan perkiraan, dan simpulan.

3.2     Kritik dan Saran
Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca dan kami selaku pemateri, mendapatkan manfaatnya. Apabila terdapat kekurangan dalam penulisan atau penyajian makalah ini kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini lebih bermanfaat di masa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal dan Tasai, Amran., 2006, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
      Tinggi,
Jakarta : Akapres.
Hs, Widjono, 2007, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindo.
Rahayu, Minto, 2007, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindo.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar